Kesehatan

Teknologi
21 Februari 2011

Bahan Organik, Sebuah Solusi

TUBUH kita telah terkontaminasi oleh racun. Dan, racun-racun itu berasal dari makanan yang kita konsumsi sehari-hari. Ya, residu pestisida, sisa hormon pemacu pertumbuhan, kandungan antibiotik, monosodium glutamate (MSG), bahan pengawet, dan bahan tambahan lain berdampak negatif terhadap tubuh kita.

Jika terkonsumsi, bahan-bahan itu harus dikeluarkan dari tubuh melalui sistem ekskresi tubuh. Namun apabila organ-organ ekskresi bekerja terus-menerus tentu bakal berdampak pula. Lalu, muncullah penyakit ringan seperti influenza hingga yang sistemik seperti diabetes, kolesterol, hipertensi, bahkan kegagalan fungsi organ yang merupakan ancaman jangka panjang lantaran mengonsumsi makanan tidak sehat.

Salah satu jalan yang bisa meminimalisasi ancaman itu adalah pola hidup sehat. Itu bisa dimulai dengan mengonsumsi makanan yang minim racun atau toksin. Makanan itu dikenal sebagai makanan organik, yakni makanan bebas bahan tambahan yang diproses dengan metode, material, dan manipulasi buatan, seperti pematangan secara kimiawi, radiasi makanan, dan modifikasi genetik.

Bermanfaat Makanan organik bermanfaat karena membuat kerja organ tubuh menjadi lebih ringan. Dampak jangka panjangnya, daya tahan tubuh pun meningkat. Konsumen produk organik akan merasakan tubuh mereka lebih bugar dan tak mudah terserang penyakit.

Dampak positif lain, bisa menurunkan risiko gejala alergi, asma, jerawat, dan dermatitis. Orang-orang dengan alergi yang mengonsumsi produk organik pun akan merasakan gejala penyakit itu menjadi lebih jarang timbul.

Makanan organik harus memenuhi kriteria standar yang sudah ditetapkan. Makanan berlabel organik harus diproduksi tanpa tambahan hormon, herbisida, pestisida, antibiotik, atau penyubur yang dibuat dari bahan-bahan tidak alami. Tentu beralih dari yang serbagampang (bahan anorganik) ke bahan organik tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Bila kita menghendaki hidup sehat dan ramah lingkungan ada pilihan yang ditawarkan, yaitu menggunakan bahan-bahan alami untuk mengusir atau menghalau musuh-musuh alami yang menyerang tanaman, tanpa harus mematikannya. Jadi siklus ekosistem tetap terjaga. Banyak bahan alami bisa dipergunakan. Berenuk, misalnya, bisa dipakai untuk mengusir tikus, kutu daun, dan wereng. Tembakau efektif untuk mengusir ulat dan belalang.

Adapun kenikir, pandan, kemangi, cabai rawit, kunyit, bawang putih, dan bawang merah untuk mengenyahkan ulat, wereng, dan kutu daun. Gadung, kunyit, susu, minyak ikan, dan sereh bisa memengaruhi sistem saraf sehingga bisa digunakan untuk menghilangkan serangga dan bersifat antireproduksi. Tuba, selasih, picung, sembung, srikaya menjadi racun perut dan racun kontak penolak serangga serta penghambat peletakan telur dan mengurangi nafsu makan serangga.

Bahan alami lain adalah mindi, yang bisa menjadi penolak serangga, menghambat pertumbuhan, memengaruhi sistem saraf, respirasi sebagai racun perut dan kontak. Batrawali sebagai pengusir, racun saraf, dan penghambat perkembangan serangga.

Surian untuk mengurangi aktivitas makan dan mengganggu sistem reproduksi serangga dan mengusir hama. Masih banyak lagi bahan alami dapat digunakan untuk membuat insektisida alami. Bila melihat bahan-bahan tersebut, semua ada di lingkungan kita. Jadi mudah didapat dan murah. Dan, yang pasti, aman karena tidak beracun. (Jamal-51)


»»  read more...